Jilbab: Pilihan, Tekanan, atau Eksistensi?
“Kenapa kamu pakai jilbab?”
Pertanyaan itu muncul di DM Instagram Laila setelah ia mengunggah foto OOTD terbarunya. Bukan dari haters atau akun anonim, tapi dari temannya sendiri.
Laila terdiam. Jawabannya apa, ya?
Karena agama? Iya. Tapi dia juga suka mix & match gaya hijab yang trendi.
Karena keluarga? Mungkin. Ibunya selalu bilang jilbab itu kewajiban.
Karena lingkungan? Bisa jadi. Di kampus, teman-temannya banyak yang berhijab.
Karena branding diri? Hmm... nggak munafik, jadi hijabers di media sosial memang bisa mendatangkan cuan.
Laila tertawa kecil. Jilbab ternyata bukan sekadar kain yang menutup kepala, tapi juga ruang negosiasi identitas.
Di dunia yang serba cepat ini, jilbab sudah bukan sekadar simbol keagamaan. Ia juga bagian dari budaya, fashion, industri, bahkan perlawanan. Ada yang mengenakannya karena pilihan, ada yang merasa terpaksa, ada yang menjadikannya statement feminisme, dan ada yang harus berjuang melawannya di negara yang melarang jilbab.
Jadi, pertanyaannya bukan lagi "Kenapa kamu pakai jilbab?"
Tapi lebih ke "Bagaimana jilbab membentuk siapa dirimu?"
📖 "Jilbab dalam Hybrid Paradox: Tradisi, Modernitas, dan Identitas Muslimah" membahas fenomena jilbab dari berbagai sudut—agama, budaya, tren, kapitalisme, hingga digitalisasi identitas Muslimah.
Bukan buku yang menghakimi, tapi yang membuka wawasan.
Kamu siap untuk melihat jilbab dari perspektif yang lebih luas?
Link untuk mendapatkan bukunya:
di google play books
https://play.google.com/store/books/details?id=nAdMEQAAQBAJ
di google books
http://books.google.com/books/about?id=nAdMEQAAQBAJ
#Jilbab #HybridParadox #GenZMuslim #IdentitasMuslimah #Hijabers #SelfDiscovery